Sebuah film amatir berjudul Innocence of Muslims memicu kemarahan ummat Islam. Film yang menghina Islam dan memperolok Nabi Muhammad SAW itu mendorong massa di Libya dan Mesir menyerbu kepentingan AS.
Di Libya, warga murka dan menyerang konsulat AS di Benghazi hingga menewaskan Duta Besar AS untuk Libya J Christopher Stevens dan tiga staf kedubes AS. Di Mesir massa marah dan merusak gedung kedutaan serta membakar bendera AS.
Film Innocence of Muslims yang berbujet murah itu dibuat oleh seorang yang mengaku Sam Bacile, seorang warga California AS yang juga mengaku keturunan Israel. Nama Bacile ia akui saat orang yang pernah mengatakan bahwa 'Islam adalah kanker' itu diwawancari Associated Press (AP).
Sejumlah media di AS, mengungkapkan bahwa Sam Bacile bukanlah nama sebenarnya dan ia pun bukan seorang keturunan Israel. Tidak diketahui siapa nama aslinya, yang pasti ia adalah seorang keturunan Arab penganut Kristen.
Kepada AP Bacile mengaku berusia 56 tahun. Namun kepada Wall Street Journal ia mengaku berusia 52 tahun. Tetapi, berbeda lagi jika melihat profilenya di akun YouTube, ia mengaku berusia 75 tahun.
“Saya pernah bertemu dengannya dua kali. Dia bukan warga Israel. Sekarang dia sedang bersembunyi,” ujar Steve Klein, seorang anggota kelompok Kristen yang anti–Islam yang mengaku membantu pembuatan film itu saat diwawancari ABC News. Klein menjadi konsultan pembuatan film itu.
Klein adalah seorang anggota Church of Kaweah, yang dikenal sebagai kelompok anti-Islam. Ia mengaku dihubungi oleh Bacile karena dia pernah memimpin protes anti-Islam di masjid dan sekolah-sekolah dan kerena ia juga seorang veteran perang Vietnam. Klein juga pernah membongkar sel Al Qaeda di California.
“Setelah 9/11 saya mencari sel-sel di California dan berhasil menemukannya. Bacile tahu soal saya dan komunitas Kristen dan Yahudi dari Timur Tengah juga percaya sama saya,” tutur Klein.
Menurutnya, pembuatan film Innocence of Muslims dibantu oleh orang-orang Arab yang mengungsi ke AS. Antara lain sejumlah orang dari kelompok Kristen AS, termasuk dua kelompok yang dikenal anti-Islam dan beberapa dari kelompok penyokong Kristen Mesir atau Koptik. Mereka terlibat dalam pembuatan maupun distribusi film itu.
Pastor kontroversial dari Florida, yang pada 2010 memicu kerusuhan karena membakar Alquran, Terry Jones, mengatakan kepada ABC News bahwa ia pernah dihubungi untuk turut menyebarkan film itu.
“Orang-orang yang ikut dalam pembuatan film itu adalah mereka yang kabur dari negaranya. Beberapa dari mereka memiliki keluarga yang merupakan korban penculikan, pemerkosaan, atau pembunuhan," kata Klein.
“Tak ada yang istimewa dengan orang-orang di balik film itu. Mereka adalah warga negara AS yang berasal dari Suriah, Turki, Pakistan, dan ada beberapa dari Mesir. Beberapa dari mereka penganut Koptik dan umumnya adalah Evangelis (pengabar Injil),” tegas Klein saat diwawancarai The Atlantic.
Film tersebut pertama kali muncul di Mesir, sebelum memicu kemarahan massa di Libya dan Mesir. Orang yang berada di balik penyebaran film tersebut di Mesir adalah Morris Sadek, kepala Dewan Nasional Koptik Amerika, yakni kelompok Kristen Mesir yang berbasis di AS. Kepada Reuters, ia mengaku menyebarkan film tersebut di Mesir.
Klip film tersebut juga beredar di situs YouTube dan diunggah oleh seseorang yang mengaku Sam Bacile. Kini Bacile sulit ditemui karena tengah bersembunyi setelah insiden di Libya yang menewaskan sang Dubes. Siapa Bacile sesungguhnya pun masih misteri.