Virus corona di Indonesia: WHO minta tetapkan status darurat nasional, pemerintah sebut penyebaran virus kian 'melebar'

Pemerintah mengatakan penyebaran virus corona di Indonesia kian "melebar", dengan kasus-kasus baru tersebar di berbagai daerah.
Sementara organisasi Kesehatan Dunia, WHO, meminta Indonesia untuk menerapkan sejumlah langkah termasuk menetapkan status darurat nasional di tengah meningkatnya infeksi virus corona.



Hingga Sabtu (15/03), sebanyak 96 orang dinyatakan positif virus corona, atau bertambah 27 kasus baru dari sehari sebelumnya.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, mengatakan virus ini terpantau sudah menyebar ke seluruh daerah di Indonesia.
"Kalau kita lihat sebarannya, sekarang sudah melebar. Jakarta, Jawa Barat, Tangerang. Kemudian di Jawa Tengah kita sudah dapat kasus di Solo dan Yogyakarta," ujar Ahmad Yurianto dalam konferensi pers, Sabtu (14/03) siang.
"Di Bali, Manado, Pontianak dan di beberapa tempat lain yang sekarang kita sedang tracing karena kita belum menemukan posisi yang sebenarnya di mana," lanjutnya.
Oleh sebab itu, menurut Yuri, pemerintah akan "mewaspadai, bahkan meningkatkan" upaya pelacakan, atau tracing, "lebih keras lagi".
"Ini menjadi penting di dalam konteks perubahan respons setelah WHO mengatakan bahwa ini adalah pandemi global," kata dia.
Dalam surat kepada Presiden Joko Widodo tertanggal 10 Maret, Direktur Jenderal WHO Thedros Adhanom, meminta Indonesia melakukan sejumlah langkah termasuk, "meningkatkan tanggapan darurat termasuk pernyataan status darurat nasional."
"Sayangnya, kami melihat kasus-kasus yang tak terdeteksi atau pendeteksian yang lemah pada tahap awal wabah yang menghasilkan peningkatan signifikan dalam jumlah kasus dan kematian di beberapa negara," tulis Adhanom tanpa merinci negara-negara yang dimaksud.
"Di daerah di mana terjadi penularan lokal yang tak terdeteksi atau pendeteksiannya lemah, WHO sangat menyarankan langkah-langkah ini."
Melalui Twitter, Adhanom mengatakan telah melakukan kontak telepon dengan Presiden Jokowi dan menyatakan kedua belah pihak "sepakat untuk meningkatkan kerja sama" dalam menangani Covid-19.
Juru bicara presiden Fadjroel Rachman mengatakan Indonesia telah melakukan sejumlah langkah seperti yang tercantum di dalam surat itu. Namun tidak merinci apakah Indonesia akan menetapkan kondisi darurat nasional.
"Pemerintah menerbitkan Keppres No.7/2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 untuk menajamkan kemampuan koordinasi pemerintah dalam menangani covid-19 ini, selain Surat Edaran Menkes No HK.02.01/Menkes/199/2020 tentang komunikasi penanganan Covid-19 yg berisi lima protokol serta panduan koordinasi pemerintah pusat dan daerah," kata Fadjroel.
Sejumlah poin lain yang diminta WHO dilakukan Indonesia termasuk:
  • Mendidik dan secara aktif berkomunikasi kepada masyarakat melalui saluran komunikasi dan hubungan masyarakat yang layak
  • Mengintensifkan penemuan kasus, pelacakan kontak, pengawasan, karantina kontak dan isolasi kasus (yang positif)
  • Memperluas pengawasan Covid-19 menggunakan sistem pengawasan penyakit pernapasan yang ada dan pengawasan berdasarkan rumah sakit (hospital-based surveillance)
  • Melakukan tes suspect berdasarkan definisi WHO, baik kontak maupun pasien yang sudah dipastikan, mengetes pasien yang teridentifikasi melalui pengawasan penyakit pernapasan

Status bencana non-alam

Menindaklanjuti permintaan WHO, pemerintah Indonesia membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, pada Sabtu (14/03).
Gugus tugas itu dipimpin oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo yang menyebut bahwa stasus wabah virus corona saat ini adalah "bencana non-alam".
"Virus ini sudah ditkategorikan pandemi global maka statusnya adalah bencana non-alam," jelasnya.
Percepatan yang dilakukan, kata Doni, adalah dengan menerapkan manajemen penanggulangan bencana yang memberikan akses yang lebih luas dan mudah dalam pengerahan sumber daya secara terencana dan terpadu, sesuai UU Nomor 24 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Bencana.
Dia mengatakan pemerintah daerah dapat membentuk gugus tugas dengan rekomendasi dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
"Aksi nyata yang akan dilakukan adalah memperbanyak tempat pengetasan, perbanyak tool kits, memperbanyak tenaga medis serta relawan medis," kata dia.
Amerika Serikat tetapkan kondisi darurat
Di tengah meningkatnya infeksi virus corona, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyatakan darurat nasional untuk membantu menangani wabah virus corona yang terus meningkat.
Pengumuman - "dua kata yang sangat besar", menurut Trump - memungkinkan pemerintah federal untuk menambahkan US$50 miliar, atau sekitar Rp732 triliiun dalam dana bantuan darurat.
Langkah ini melonggarkan peraturan tentang penyediaan layanan kesehatan dan dapat mempercepat pengujian - langkah yang telah dikritik secara luas karena dianggap terlalu lambat.
Hingga kini ada 1.701 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di AS, dan setidaknya menyebabkan 40 kematian.
"Delapan minggu ke depan sangat penting," kata Trump.
Di antara langkah-langkah yang dipertimbangkan sebagai bagian dari tanggap darurat adalah:
  • Sekretaris Kesehatan AS Alex Azar dan pejabat kesehatan dapat mengesampingkan undang-undang dan persyaratan lisensi tertentu, memberikan lebih banyak fleksibilitas kepada penyedia layanan kesehatan
  • Rumah sakit diminta untuk mengaktifkan rencana kesiapsiagaan darurat mereka
  • Sekitar 500.000 alat tes virus corona tambahan akan tersedia awal minggu depan, meskipun pihak berwenang tidak merekomendasikan tes tanpa kebutuhan yang jelas; laboratorium swasta dan pengembang vaksin akan dapat memberikan lima juta alat tes virus corona dalam sebulan, meskipun pihak berwenang tidak merekomendasikan tes untuk mereka yang tidak memiliki gejala
  • Bunga atas semua pinjaman siswa harus dihapuskan sampai pemberitahuan lebih lanjut, sebagai langkah untuk meringankan beban bagi siswa karena universitas dan perguruan tinggi di seluruh negeri meliburkan aktivitas belajar-mengajar
Pada hari Jumat (13/03), Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengumumkan dia telah mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih tentang sebuah paket untuk membantu orang yang terkena dampak wabah.
Ini termasuk cuti sakit yang dibayar dengan periode dua minggu, cuti medis hingga hingga tiga bulan, pengujian virus gratis untuk mereka yang tidak memiliki asuransi dan bantuan makanan.
Beberapa negara bagian AS telah mengambil langkah-langkah untuk membendung tingkat infeksi, termasuk melarang pertemuan besar, acara olahraga dan menutup sekolah.
Di sisi lain, larangan perjalanan Presiden Donald Trump pada 26 negara Eropa telah mulai berlaku di AS, sebagai bagian dari rencana darurat untuk mengatasi krisis virus corona.

Eropa jadi pusat pandemi global

Virus yang awalnya menyebar di Cina Desember lalu, kini menyerang Eropa, menyebabkan benua itu menjadi "pusat" pandemi global, kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Jumat (13/03).
Sebab, beberapa negara Eropa melaporkan peningkatan tajam dalam jumlah infeksi dan kematian.
Italia telah mencatat korban harian tertinggi - 250 korban jiwa selama 24 jam terakhir, menjadikan totalnya menjadi 1.266 orang.
Sementara, dilaporkan ada 17.660 orang terinfeksi corona di negara itu.
Sementara itu, Perdana Menteri Pedro Sánchez memperingatkan minggu-minggu ke depan akan sulit bagi negara itu dan ia memperkirakan jumlah infeksi kemungkinan naik menjadi 10.000 minggu depan. Pasien meninggal di Spanyol naik 50% dalam sehari menjadi 120 orang, dan jumlah kasus mencapai 4.200.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghendaki agar pemerintah daerah dapat melakukan pendeteksian lebih cepat lagi. Sebab, penyebaran virus ini didapat melalui kontak langsung.
"Bila kita mengetahui siapa terdeteksi membawa virus covid-19 kita bisa langsung hubungi, kita bisa langsung hubungi keluarganya, koleganya, tetangganya, dalam posisi aman," kata dia.
"Oleh karena itu kecepatan menjadi penting, dan transparansi menjadi penting."
Kasus di Indonesia naik menjadi 96
Juru bicara pemerintah untuk virus corona, Achmad Yurianto mengatakan jumlah korban meninggal dunia akibat infeksi virus corona di Indonesia sudah mencapai lima orang, per Sabtu (14/03).
Sementara, 8 orang dilaporkan sembuh dari Covid-19.
Kepastian meninggalnya pasien pertama yang diumumkan Rabu (11/03) lalu.
Pasien pertama tersebut disebutkan merupakan warga negara asing (WNA), perempuan berusia 53 tahun dan "dalam keadaan sakit berat, di antaranya diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru obstruksi menahun."
Rabu (11/03) lalu, Yurianto menjelaskan tujuh pasien baru adalah warga negara Indonesia (WNI).
Ia mengatakan pasien nomor 28 sebagai pria berusia 37 tahun dengan kondisi ringan-sedang.
Sementara, pasien 29 adalah pria berusia 51 tahun dengan kondisi sakit sedang. Sedangkan pasien 30 adalah pria 84 tahun dengan kondisi ringan-sedang.
Lantas pasien 31 adalah perempuan berusia 48 tahun dengan kondisi sakit ringan-sedang, sementara pasien 32 adalah pria 45 tahun dengan kondisi sakit ringan-sedang.
Disebutkan pula bahwa pasien 33 adalah pria 29 tahun dengan kondisi sakit ringan-sedang, serta pasien 34 adalah pria 42 tahun dengan kondisi sakit ringan-sedang.
Hingga Jumat (13/03) menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, jumlah infeksi mencapai lebih dari 132.000 dengan kematian lebih dari 4.900.
Sebagian besar kasus terjadi di Hubei, China, provinsi tempat wabah bermula.
Data yang dikumpulkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan laporan media menunjukkan tingkat kematian di China terus melambat.
Tiga negara yang dengan kasus terbanyak adalah Korea Selatan, Iran, dan Italia.
Indonesia melarang pendatang dari tiga negara ini untuk masuk atau transit, terhitung Minggu (08/03).

Bagaimana gejala Covid-19

Di tengah penyebaran yang meluas ini, bagaimana kita tahu bahwa kita tertular virus ini?
Gejala Covid-19 mirip seperti gejala flu ataupun pilek.
Pada mulanya, penderita merasa seperti demam dan kemudin diikuti dengan batuk kering.
Setelah satu minggu, pasien akan mengalami tersengal-sengal.
Masa inkubasi - antara penularan dan menunjukkan gejala - adalah sekitar 14 hari, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun sejumlah peneliti mengatakan periode ini dapat memakan waktu 24 hari.
Ilmuwan China mengatakan sejumlah orang mungkin tertular sebelum menunjukkan gejala.
Sampai awal Maret, Indonesia baru memeriksa lebih dari 150 sampel pasien yang diduga terkena Covid-19 yang bepergian ke negara yang terkena. Sementara Malaysia telah memeriksa lebih dari 2.200.
Pada minggu terakhir Januari lalu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan pihaknya menetapkan siaga satu terhadap virus corona untuk mencegah penyebaran virus yang berasal dari China tersebut masuk ke Indonesia.
Saat itu Terawan menjelaskan pemerintah mengaktifkan 135 alat pemindai suhu tubuh atau thermo scanner di 135 pintu masuk Indonesia baik melalui darat, laut maupun udara.
Kemenkes, kata Terawan, juga telah mengaktifkan 100 rumah sakit rujukan Flu Burung bagi masyarakat yang terduga atau terinfeksi virus corona jenis baru, yang juga dikenal dengan nama 2019-nCoV, bisa menular dari manusia ke manusia.
Di saat virus corona mulai merebak cepat pada minggu terakhir Januari lalu, kami menurunkan berbagai pertanyaan di seputar wabah, termasuk penyebaran dan apakah yang terkena dapat disembuhkan.
Apakah virus corona dan bagaimana penyebarannya?
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Diah Handayani menjelaskan bahwa 2019-nCoV adalah virus yang menyerang sistem pernafasan manusia.
Bedanya dengan virus lain, ujar Diah, virus corona ini memiliki virulensi atau kemampuan yang tinggi untuk menyebabkan penyakit yang fatal.
Menurut Diah, virus ini berbahaya jika telah masuk dan merusak fungsi paru-paru, atau dikenal dengan sebutan Pneumonia, yaitu infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh virus dan berbagai mikroorganisme lain, seperti bakteri, parasit, jamur, dan lainnya.
"Pertukaran oksigen tidak bisa terjadi sehingga orang mengalami kegagalan pernafasan. Itulah mengapa virus ini berat karena bukan lagi hanya menyebabkan flu atau influensa tapi dia menyebabkan Pneumonia," kata Diah saat dihubungi BBC Indonesia.
Diah melanjutkan proses penyebaran virus ini melalui udara yang terinhalasi atau terhirup lewat hidung dan mulut sehingga masuk dalam saluran pernafasan.
Virus ini masuk melalui saluran nafas atas, lalu ke tenggorokan hingga paru-paru.
"Sebenarnya belum 100 persen. Tapi dilihat dari sekian ratus kasus yang dipelajari, dan sifat dasar virus, maka inkubasi virus ini dua sampai 14 hari. Itu mengapa kita mewaspadai periode dua minggu itu," kata Diah.
Gejala virus corona: Batuk, flu, demam hingga sesak nafas
Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu menjelaskan virus corona 2019-nCoV memiliki gejala yang sama dengan infeksi virus pernafasan lainnya.
Diah mengatakan gejala ringan yaitu flu disertai batuk. Kemudian, jika memberat, akan menyebabkan demam dan infeksi radang tenggorokan.
Kemudian jika masuk ke saluran nafas, kata Diah akan menyebabkan bronkitis.
"Yang berat ketika semakin jauh infeksi ke saluran nafas bawah, itu Pneumonia lengkap. Selain itu, bisa juga disertai gejala infeksi virus ke organ lain, yaitu diare," katanya.

Apakah virus corona bisa disembuhkan?

Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu menegaskan bahwa semua virus corona, termasuk virus corona 2019-nCoV belum ada obatnya.
Diah menambahkan, walaupun virus ini memiliki risiko kematian, namun angkanya masih rendah dibandingkan orang yang terjangkit dan kemudian sembuh.
"Tapi bisa (disembuhkan), terbukti yang sakit sudah ribuan tapi yang meninggal kan sedikit. Jadi dia tetap sebuah virus yang bisa disembuhkan," katanya.
Jadi, kata Diah, proses pengobatan yang dilakukan adalah terapi pendukung dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh.
"Boleh obat flu biasa kalau masih ringan, kalau demam diberi obat anti demam," katanya.
Diah menegaskan, beberapa korban meninggal umumnya tidak hanya semata disebabkan oleh 2019-nCoV, namun juga dipengaruhi faktor kerentanan seperti usia yang sudah tua sehingga daya tahan tubuh lemah dan juga penyakin lain yang sudah ada.

Bagaimana penanganannya jika terkena virus corona?

Diah menjelaskan prosedur yang dilakukan terhadap pasien terduga mengidap virus corona adalah dengan menempatkannya dalam ruang isolasi. Tujuannya, katanya, agar penularan ke orang lain dapat dicegah.
Jika terduga masih menunjukkan gejala awal, kata Diah, maka pasien akan mendapatkan obat demam, batuk dan flu, disertai dukungan makanan yang sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh dalam melawan virus tersebut.
Jika, gejalanya hilang dan hasil telah negatif, ujar Diah, pasien kemudian akan dipulangkan. Pemeriksaan pembuktian pun kata Diah dapat dilakukan dengan cepat.
"Tapi kalau pasien sudah pneumonia, dan biasanya demam tinggi maka diinfus karena butuh cairan banyak, dan diberikan obat lainnya tergantung derajatnya," kata Diah.
"Kemudian, kalau benar-benar sembuh, batuk dan semua gejala hilang, kita pantau, terus kita pulangkan. Tidak perlu khawatir (menular) karena berarti badannya telah sukses melawan virus dengan sendirinya. Jadi tidak menular lagi," ujar Diah.

Cara mencegah: jalani pola hidup sehat dan etika batuk

Diah menjelaskan terdapat beberapa cara untuk mencegah tertular virus corona ini.
Pertama adalah dengan menjalani pola hidup yang sehat dengan cara memberikan asupan makan yang sehat dan sempurna.
Imbauan WHO agar mengurangi resiko terpapar virus corona.
Lalu, katanya, istirahat cukup dan mengimbau perokok untuk berhenti merokok.
"Berada di cuaca sekarang ini (hujan), kita tidak perlu terlalu lama di keramaian," katanya.
Kemudian, kata Diah adalah selalu cuci tangan usai ke tempat umum atau menyentuh alat-alat publik karena berpotensi mengandung virus yang disentuh oleh pengidap virus corona.
Tidak lupa juga, kata Diah, untuk menggunakan masker saat di ruang publik.
"Lalu bagi yang sakit flu dan batuk, tanamkan etika batuk. Jadi ketika batuk ditutup dengan tisu. Lalu jangan meludah sembarangan, buang dahak sembarangan, juga hindari kerumunan dan lekas periksa ke dokter. Itu tips kita." katanya.

Apakah Indonesia memiliki fasilitas memadai?

Diah mengatakan Indonesia memiliki kemampuan dari kapasitas pencegahan dan pengendalian, hingga diagnosis virus dan terapi penanganan.
"Ada tiga RS, yaitu RS Persahabatan, Sulianti Saroso dan RSPAD. Semua memiliki kemampuan bahkan saat pasien mengalami kondisi pneumonia, ada alat-alat. Jadi kapasitas pelayanan kesehatan kita siap," katanya.
Katanya, fasilitas kesehatan telah memadai untuk melakukan terapi pendukung bagi korban terinfeksi virus corona.
"Dari pintu masuk penyaringan dengan thermo scanner, lalu evakuasi jika terindikasi dan isolasi. Jadi fasilitas kesehatan di Indonesia mampu," ujarnya.

Sosialisasi tentang virus corona belum memadai

Beberapa warga di Jakarta dan Bali yang dihubungi BBC mengungkapkan belum mendapatkan sosialisasi resmi dan memadai dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengenai langkah pencegahan dan penanganan jika terjangkit virus corona.
Jakarta dan Bali adalah dua kota besar yang mayoritas dikunjungi oleh warga negara China baik untuk berwisata ataupun berbisnis.
Seorang warga Jakarta yang bernama Fuad mengatakan mengetahui virus corona dari media massa. Ia mengungkapkan belum mendengar sosialisasi dari pemerintah mengenai langkah pencegahan dan penanganan jika terjangkit virus corona.
"Jadi sementara waktu, saya dan keluarga akan menghindari tempat umum dan keramaian seperti mall karena hingga kita belum ada info pasti tentang langkah pencegahan supaya tidak terkena dan jika sudah terpapar," kata Fuad saat dihubungi BBC Indonesia, Jumat (24/01).
Senada dengan itu, beberapa warga Bali seperti Kadek dan Wayan Martadana mengungkapkan belum mendapatkan sosialisasi resmi dari pemerintah.
"Belum (ada info dari pemerintah), tidak tahu yang lainnya. Saya tahu hanya dari berita," kata Kadek.
Walaupun demikian, mereka tidak merasakan kekhwatiran seperti yang dirasakan Fuad.
Wayan menjelaskan saat ini situasi di Bali tetap berjalan normal, walaupun ada penurunan penyewaan mobil yang dilakukan oleh turis China di Bali.
"Belum Pak (ada sosialisasi). tidak sama sekali (khawatir)," kata Wayan.