Virus corona: Kasus Covid-19 diprediksi capai lebih dari 8.000, seperti apa kapasitas kesehatan Indonesia?


Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia diprediksi akan melampaui angka 8.000 hingga pertengahan April 2019, sementara fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga medis diperkirakan tidak cukup, walaupun pemerintah mengaku sudah menyiapkan segala yang diperlukan.

Angka prediksi tersebut didapat jika Indonesia menerapkan sistem pencegahan yang baik seperti Korea Selatan, yang melakukan deteksi dini dan menerapkan pembatasan sosial.
"Bisa lebih buruk dari prediksi 8.000 kasus jika pencegahan tidak bisa ditekan. Ini belum sampai satu minggu dari hasil riset dikeluarkan (15 Maret 2020), angka kasus sudah dua kali lipat.
"Ini memengaruhi kenaikan yang lain," kata Kepala Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Nuning Nuraini, kepada wartawan BBC Visual Journalism East Asia, Aghnia Adzkia, Rabu (18/03).

Pemodelan ilmiah memprediksi puncak wabah Covid-19 di Indonesia pada tengah April.
Nuning bersama tim Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam makalah bertajuk "Data dan Simulasi COVID-19 dipandang dari Pendekatan Model Matematika" memprediksi puncak kasus di Indonesia akan terjadi pada pertengahan April 2020.
Prediksi ini didapat menggunakan permodelan Kurva Richard yang terbukti cukup baik menentukan awal, puncak, dan akhir endemik SARS di Hong Kong pada 2003.
Dalam makalah tersebut disebutkan, model ini mampu menggambarkan dinamika penderita nCOVID-19 pada setiap negara yang dianalisis.
Dalam permodelan, para pakar menggunakan beragam indikator seperti laju awal pertumbuhan (orang/hari), asumsi batas atas penderita atau dikenal sebagai carrying capacity, dan akumulasi kasus yang terkonfirmasi bisa dengan atau tanpa gejala.
Korea Selatan menjadi rujukan permodelan karena batas kesalahan atau margin of error paling kecil dibandingkan negara lainnya.
Meski demikian, perlu dicatat Korea Selatan melakukan 10.000 tes setiap harinya dan menerapkan pembatasan sosial. Nuning menjelaskan, jika kondisi Indonesia menerapkan hal serupa, maka kasus dapat ditekan ke angka 8.000.
"Kalau pencegahan tidak bagus, kasusnya bisa lebih buruk, geseran puncak makin ke kanan (dari grafik), jadi pada April kasus belum habis tapi semakin lama," katanya.
Per 19 Maret 2020, kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 309 kasus di mana 25 pasien meninggal dan 15 orang sembuh. Jumlah kasus melonjak 36,1% dibandingkan hari sebelumnya.

Jumlah kasus virus corona di Indonesia

Dari 309 pasien: 15 pasien sembuh dan 25 meninggal
Sumber: Kementerian Kesehatan per 19/03/2020
Menanggapi penelitian yang memprediksi jumlah kasus akan mencapai lebih dari 8.000, Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah Indonesia untuk penanganan virus corona, mengatakan pemerintah akan tetap fokus pada langkah-langkah yang tengah dijalani dalam upaya mengatasi penyebaran Covid-19.
"Kan sudah beberapa kali disampaikan oleh Presiden, social distancing, pemeriksaan massal, ya itu langkahnya," kata Yurianto kepada wartawan BBC News Indonesia Liza Yosephine pada Kamis (19/03).

Peralatan kesehatan minim

Dokter spesialis paru di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Agus Dwi Sutanto, menyebutkan peralatan kesehatan di rumah sakit rujukan penanganan virus ini tidak cukup.
Agus kepada wartawan BBC News Indonesia, Liza Yosephine, menjelaskan ketersediaan peralatan seperti alat bantu nafas, ventilator, dan alat bantu diagnostik virus yang makin menipis. Saat artikel ini ditulis, rumah sakit menangani 24 pasien yang diisolasi.
BBC Visual Journalism menganalisis enam indikator infrastruktur dan sumber daya manusia pada sistem kesehatan di Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, China, dan Singapura.
Keenam indikator meliputi jumlah kasur, jumlah kasur darurat (ICU), jumlah dokter, jumlah perawat, deteksi dini, dan pengeluaran kesehatan per kapita.
Dari enam indikator, Indonesia menunjukkan ketidaksiapan dalam penanganan Covid-19.

Kesiapan fasilitas kesehatan menjadi kunci upaya pengendalian wabah.
Dibandingkan dengan negara lainnya, Korea Selatan menjadi yang paling unggul dengan ketersediaan jumlah kasur di rumah sakit mencapai 11,5 per 1.000 penduduk.
Sementara di Indonesia menjadi yang terburuk karena mampu menyediakan satu kasur per 1.000 penduduk.
Di Malaysia, setidaknya ada dua kasur per 1.000 penduduk yang siap di seluruh negeri.
Ketersediaan dokter di Indonesia juga minim, per 1.000 penduduk hanya ada 0,4. Atau dengan kata lain, hanya empat dokter yang menangani 10.000 orang.
Sementara di Korea Selatan, paling tidak dua dokter yang menangani 1.000 orang.
Dibandingkan negara lainnya, Indonesia masih lemah di bidang ketersediaan perawat dan bidan, hanya ada dua per 1.000 penduduk. Di Malaysia, ada empat perawat dan bidan untuk jumlah orang yang sama.

Deteksi dini lemah

Selain infrastruktur yang minim, deteksi dini virus Covid-19 di Indonesia juga lemah. Hingga 17 Maret 2020, jumlah spesimen di Indonesia 1.255 orang atau hanya 0,5 per 100.000 penduduk.
Dibandingkan dengan Malaysia, mereka mampu menguji 31 orang per 1.000 penduduk.
Sementara di Korea, yang menyebabkan deteksi kasus dan lonjakan tinggi adalah deteksi dini yang mencapai 295.647 orang per 17 Maret 2020. Artinya, per 100.000 penduduk, mereka berhasil menguji 577 orang.

Pengujian di Korea justru semakin mudah. Orang dapat melakukannya dengan sistem lantatur (layanan tanpa turun). BBC News Laura Bicker dalam laporannya menyebutkan, warga Korea Selatan, Rachel Kim, melakukan uji Covid-19 di sebuah tempat pengambilan sampel di Seoul.
Kim hanya cukup mencondongkan wajahnya keluar dari mobil, untuk pengambilan sampel cairan dan dahak dari dalam mulut dan tenggorokannya. Hasil lab tersebut diterima Kim sehari setelahnya melalui pesan ke ponsel: Kim negatif Covid-19.
Di Indonesia, pengujian dilakukan di rumah sakit rujukan dan belum ada mekanisme lantatur.
Merujuk protokol kesehatan, pengujian dilakukan terhadap suspect atau orang yang menunjukkan gejala demam mencapai 38 derajat, batuk, pilek, dan susah bernafas.
Suspect akan dirujuk ke rumah sakit yang siap menangani Covid-19 menggunakan ambulans didampingi oleh tenaga kesehatan yang menggunakan alat pelindung diri (APD).
Kemudian, sampel pemeriksaan laboratorium akan diambil sementara orang tersebut diisolasi.
Spesimen akan dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta dan hasil pemeriksaan pertama akan keluar dalam 24 jam setelah spesimen diterima.
Untuk mereka yang tidak menunjukkan gejala maka akan dirawat inap sebagai pasien biasa.
Dengan prediksi yang mencapai ribuan serta alat kesehatan yang minim dan pendeteksian dini yang lemah, Nuning menyampaikan perlunya kesadaran diri dari setiap orang terhadap pencegahan.
"Untuk mencegah dan menekan angka, sebaiknya melakukan social distancing. Itu pesan utamanya, menjaga jarak dan mengurangi bepergian," kata Nuning.

KasusKematian
China81.1553.249
Italia41.0353.405
Iran18.4071.284
Spanyol17.395803
Jerman14.48143
Amerika Serikat11.219157
Prancis9.045243
Korea Selatan8.56591
Swiss3.88836
Inggris Raya3.269144
Belanda2.46076
Austria2.0136
Belgia1.79521
Norwegia1.7467
Swedia1.43911
Denmark1.1536
Jepang92429
Malaysia9002
Kanada7989
Portugal7853
Kapal pesiar Diamond Princess7127
Ceko694
Australia6816
Irlandia5573
Brasil5346
Israel529
Qatar452
Pakistan4512
Yunani4186
Finlandia400
Singapura345
Luksemburg3354
Islandia3301
Indonesia31125
Polandia3055
Slowenia2861
Bahrain2781
Rumania277
Thailand2721
Estonia267
Chile238
Arab Saudi238
Peru234
Filipina21717
Mesir2106
Rusia1991
Ekuador1993
Turki1923
India1844
Iraq16412
Libanon1574
Afrika Selatan150
Kuwait148
Uni Emirat Arab140
Slowakia1231
San Marino11911
Meksiko1181
Armenia115
Panama1091
Taiwan1081
Kroasia1051
Serbia103
Kolombia102
Argentina973
Bulgaria943
Aljazair879
Latvia86
Uruguai79
Vietnam76
Brunei Darussalam75
Hungaria731
Kepulauan Faroe72
Yordania69
Kosta Rika691
Siprus67
Albania642
Bosnia dan Hersegovina63
Sri Lanka60
Maroko582
Malta53
Andora53
Belarus51
Moldova491
Makedonia Utara48
Tepi Barat Sungai47
Azerbaijan441
Kazakstan44
Georgia40
Oman39
Tunisia391
Kamboja37
Lituania36
Venezuela36
Republik Dominika342
Guadeloupe33
Burkina Faso331
Senegal31
Liechtenstein28
Selandia Baru28
Uzbekistan23
Martinique231
Afghanistan22
Bangladesh171
Ukraina162
Jamaika151
Pulau Reunion14
Kongo14
Kameron13
Maldives13
Honduras12
Bolivia12
Guam12
Paraguai11
Prancis Guyana11
Ghana11
Kuba111
Jersey10
Guatemala91
Pantai Gading9
Trinidad dan Tobago9
Gibraltar8
Nigeria8
Rwanda8
Kenya7
Monako7
Guyana71
Seychelles6
Etiopia6
Tanzania6
Mongolia6
Prancis Polynesia6
Puerto Rico5
Saint Martin (wilayah Prancis)4
Gini Ekuatorial4
Aruba4
Mayote3
Mauritius3
Montenegro3
Kirgistan3
Belanda Antiles31
Saint Barthélemy3
Bahama3
Liberia2
Saint Lucia2
Kosovo2
Namibia2
Greenland2
Sudan21
Barbados2
Mauritania2
Kepulauan Virgin Amerika2
Zambia2
Benin2
Eswatini1
Gini1
Nikaragua1
Togo1
Guernsey1
Gabon1
Fiji1
Jibouti1
Kepulauan Cayman11
Somalia1
Kongo1
Republik Afrika Tengah1
Bhutan1
Nepal1
Vatikan1
St Vincent dan Grenadines1
Suriname1
El Salvador1
Montserrat1
Gambia1
Antigua dan Barbuda1
Chad1

Sumber: Johns Hopkins University (Baltimore, Amerika Serikat), pemerintah daerah
Diperbarui pada 20 Maret 2020 01.45 WIB

Pemerintah perluas tes cepat

Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan tes cepat secara luas dalam upaya mendeteksi penyebaran virus corona.
Alat-alat tes juga diharapkan dapat diperbanyak dengan segera dan tersedia secara luas di sejumlah fasilitas kesehatan.
"Saya minta alat-alat rapid test terus diperbanyak. Juga memperbanyak tempat-tempat untuk melakukan tes dan melibatkan rumah sakit baik milik pemerintah, BUMN, Pemda, TNI dan Polri, swasta, serta lembaga-lembaga riset dan pendidikan tinggi yang mendapat rekomendasi dari Kementerian Kesehatan," kata Jokowi saat memimpin rapat terbatas terkait wabah Covid-19 Kamis (19/03).
Ia juga memerintahkan otoritas terkait untuk menyederhanakan protokol kesehatan agar lebih dipahami masyarakat.
"Penyiapan protokol kesehatan yang alurnya jelas, sederhana, dan mudah dipahami. Ini penting sekali terkait dengan hasil rapid test, apakah dengan karantina mandiri ataupun memerlukan layanan rumah sakit," ujarnya.
Untuk mendukung hal itu, Jokowi juga meminta kesiapan layanan rumah sakit rujukan yang telah ditunjuk pemerintah serta melakukan persiapan bagi rumah sakit lainnya apabila diperlukan.
Ia menyebut fasilitas wisma atlet di Kemayoran maupun hotel-hotel milik BUMN yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pelayanan kesehatan dan karantina.
"Rencana kontingensi ini juga harus kita siapkan sampai ke daerah termasuk percepatan pembangunan rumah sakit di Pulau Galang di Kepulauan Riau," katanya.