Penumpang pesawat Air France dimintai sumbangan untuk membeli
bahan bakar. Pilot pesawat tersebut meminta keiklhasan penumpang untuk
memberikan uang mereka supaya pesawat bisa terbang lagi.
The Telegraph
memberitakan, penumpang terpaksa patungan sebab, pesawat tersebut
terpaksa harus mendarat di Bandara Damaskus, Suriah, di wilayah yang
tengah dilanda perang. Di kota tersebut, pihak Bandara tidak menerima
pembayaran kartu kredit untuk pembelian bahan bakar (BBM).
Pesawat
tersebut awalnya terbang dari Paris menunju Beirut, Libanon. Namun
demikian, ketika hendak mendarat pilot mendapat kabar bahwa pertempuran
pecah di jalanan dekat Bandara Beirut. Akibatnya, pilot harus mencari
lokasi lain untuk mendarat.
Tadinya, pesawat akan didaratkan di
Amman, Yordania. Namun, pilot sadar bahwa bahan bakar hampir habis,
tidak cukup untuk mencapai Amman. Terpaksa pesawat dibawah ke Damaskus.
Sesampainya
di darat di Damaskus, pilot dan awak pesawat memberitahukan kepada 174
penumpang bahwa kartu kredit milik perusahaan Air France tidak bisa
digunakan untuk membeli bahan bakar karena Suriah sedang dikenai sanksi
keuangan. Amerika Serikat dan sekutunya memberlakukan sanksi itu
sehingga tidak ada bank atau institusi keuangan dunia yang bertransaksi
dengan lembaga keuangan Suriah, termasuk transaksi kartu kredit.
Awak
pesawat menyatakan membutuhkan uang tunai untuk membeli bahan bakar
untuk bisa sampai di Siprus, negara terdekat yang aman untuk penumpang.
Selama di Damaskus, penumpang dilanda ketakutan. Sebab, Prancis dan
pemerintah Suriah memiliki hubungan buruk sejak perang meletus di negeri
itu.
“Suasananya menakutkan, saya lihat dari jendela banyak orang
menenteng senjata di dekat pesawat ujar Najib, salah seorang penumpang.
Menurutnya,
ketika penumpang mulai memberikan sumbangan, masalah terpecahkan dan
Air France mendapat bahan bakar. Sehingga penumpang batal dimintai
sumbangan. Pesawat kemudian terbang ke Larnaca dua jam kemudian.
Keesokan harinya, pesawat terbang kembali ke Beirut.