Pada 2003, profesor filsafat University of Oxford, Nick Bostrom, menerbitkan sebuah makalah, “The Simulation Argument” yang menyatakan bahwa, "kita hampir pasti tinggal dalam simulasi komputer." Sekarang, sebuah tim di Cornell University mengatakan telah menemukan metode yang layak untuk menguji apakah kita semua hanya serangkaian angka dalam permainan komputer kuno atau tidak.
Para peneliti di University of Washington setuju dengan metode pengujian tersebut, dan mengatakan hal itu bisa dilakukan. Sebuah proposal serupa dikemukakan oleh ahli fisika Jerman pada November.
Jadi bagaimana, tepatnya, kita bisa menguji apakah kita nyata? Sederhananya, para peneliti membangun model simulasi mereka sendiri, dengan menggunakan teknik yang disebut lattice quantum chromodynamics. Dan meskipun model-model itu saat ini hanya mampu menghasilkan model yang hanya sedikit lebih besar dari inti atom, profesor fisika University of Washington, Martin Savage, mengatakan prinsip yang digunakan dalam menciptakan simulasi itu dapat diterapkan pada skala yang lebih besar.
"Ini adalah pengujian pertama yang bisa dilakukan untuk ide seperti itu," kata Savage. "Jika Anda membuat simulasi yang cukup besar, sesuatu seperti alam semesta kita muncul."
Metode pengujian tersebut jauh lebih kompleks. Menurut penjelasan Cornell University: "Menggunakan sejarah perkembangan teknologi teori lattice sebagai panduan, kami asumsikan bahwa alam semesta kita adalah sebuah simulasi numerik awal dengan diskritisasi fermion Wilson yang tidak berkembang dan menyelidiki konsekuensi yang berpotensi untuk diamati."
Untuk menerjemahkannya, jika tanda energi dalam simulasi kita sesuai dengan yang ada di alam semesta pada umumnya, ada kemungkinan kita berada dalam sebuah simulasi.
Menariknya, salah satu mahasiswa Savage mengambil hipotesis lebih lanjut: Jika kita mengetahui sifat dari keberadaan kita, akankah kita kemudian mencari cara untuk berkomunikasi dengan peradaban yang menciptakan kita?
Mahasiswa University of Washington, Zohreh Davoudi, mengatakan bahwa siapa pun yang membuat simulasi alam semesta kita mungkin juga telah menciptakan alam semesta yang lainnya, dan mungkin kita “hanya” harus berusaha berkomunikasi dengan mereka.
"Pertanyaannya adalah, ‘Dapatkah Anda berkomunikasi dengan mahluk hidup di semesta lain jika mereka berada di platform yang sama?’” ujarnya.