Seks Sebelum Bertanding, Antara Manfaat dan Mitos

Ilustrasi (Thinkstock)
Memang tak mudah memisahkan seks dengan atlet sebelum melakukan pertandingan. Bahkan dalam istilah Juan Carlos Medina, Koordinator Departemen Olahraga Mexico University, seks membuat para atlet lebih santai. "Secara mental dan fisik memberikan kenyamanan," ujarnya, saat penyelenggaraan Olimpiade 2012 berlangsung.



Panitia Olimpiade London 2012 lalu menyediakan 150 ribu kondom sepanjang kejuaraan sebagai antisipasi kegiatan seks para atlet, ofisial dan penonton.

Memang tak mudah memisahkan seks dengan atlet sebelum melakukan pertandingan. Bahkan dalam istilah Juan Carlos Medina, Koordinator Departemen Olahraga Mexico University, seks membuat para atlet lebih santai. "Secara mental dan fisik memberikan kenyamanan," ujarnya, saat penyelenggaraan Olimpiade 2012 berlangsung.

Bahkan Pele, legenda sepak bola Brasil, kata Medina, tak pernah absen dengan seks sebelum pertandingan. "Dia harus bertemu dengan istrinya. Seks membantunya lebih rileks," tuturnya.

Benarkah demikian?

Bagi Hario Tolarso, dokter olahraga, sebenarnya melakukan seks bagi para atlet sebelum pertandingan, itu hanya faktor kebiasaan dan kultur semata. “Karena itu, baik atau tidaknya tergantung individunya, karena cuma karena faktor kebiasaan. Seperti tim nasional Jerman, boleh membawa istri atau pacarnya saat bertanding. Sedangkan tim nasional Belanda tidak boleh,” kata Hario.

Terkait dengan kegiatan seks yang mampu menghilangkan stres sebelum pertandingan, Hario berpandangan, sebenarnya tidak berpengaruh besar. Semuanya tergantung pada individu. Jadi tidak berlaku umum.

“Bahkan tidak ada efeknya jika melakukan seks sebelum bertanding. Pengaruh psikologi juga tidak ada sama sekali. Itu semua tergantung dari individu masing-masing, jika memang biasa melakukannya mereka melakukannya,” imbuhnya.

Hario juga menjelaskan bahwa di Indonesia sering salah kaprah lantaran melihat kehidupan para atlet di luar negeri yang terkesan bebas. Di sini jika pemain ingin berhubungan seks sebelum bertanding, kemudian pulang ke markas, mungkin tidak jadi masalah.

“Namun biasanya mereka melanjutkan kembali ke klub (malam-red) lalu mabuk-mabukan. Setelah itu mainnya tidak benar. Itu yang jadi masalah,” cetusnya.

Dokter olahraga ini sering menemukan beberapa atlet terkena penyakit kelamin dan harus menyuntikkan obat penawarnya. Hario kembali menjelaskan bahwa berhubungan seks sebelum bertanding juga tidak berpengaruh terhadap kesehatan fisik. Khususnya pengaruh terhadap pembakaran kalori.

“Memang ada juga, jika setelah berhubungan seks para pemain mungkin merasa lega dan nyaman. Tapi sebenarnya untuk kesehatan, tidak terlalu berpengaruh, kalori yang dibakar juga sedikit,” urainya.

Di sini dibutuhkan peran pelatih untuk memberi informasi yang benar kepada atletnya mengenai melakukan hubungan seks sebelum bertanding.

Pemain klub Persema Malang dan mantan gelandang timnas Indonesia, Bima Sakti, punya pandangan serupa. Dia mengakui bahwa berhubungan seks sebelum bertanding adalah hal yang lumrah dan merupakan sugesti dari individu masing-masing. “Sah-sah saja kalau mau ‘main’ dulu. Tapi ini, konteksnya seks yang halal dan tetap sesuai dengan tanggung jawab,” katanya.

Bagaimana dengan dirinya sendiri? Bima mengaku bahwa saat ini di klubnya, sebelum bertanding malah dikarantina.  Jadi tidak ada kesempatan berhubungan seks.

“Saya pribadi lebih baik berkonsentrasi sebelum bertanding daripada berhubungan seks. Jika ada pemain yang menginginkan berhubungan seks terlebih dahulu sah-sah saja, namun jangan sampai menjadi boomerang buat penampilannya di lapangan,” kata mantan kapten timnas merah putih itu.