"Kalau enggak salah hari Selasa. Di atas (bak truk) sampah ada tiga kotak seperti kotak yoyo isinya emas. Karena takut salah, saya tunggu (simpan) dulu," ujarnya.
Putra ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Sali dan Akmauwiyah ini kemudian melaporkan penemuan ini kepada bosnya, pemilik Bank Sampah, Made Raka.
Tak lama setelah kembali ke tempat kerjanya, ada seorang perempuan bernama Desak Putu menanyakan tiga kotak perhiasan emas tersebut. Awalnya, Ahmad dan Made Raka tak langsung memberikan karena belum ada bukti Desak adalah pemiliknya.
"Terus dia sebutin ciri-cirinya satu per satu, benar semua. Akhirnya dikembalikan," ujar remaja lulusan MTs Nurul Hikam, Kesambi Rampak, Situbondo, ini.
Kotak perhiasan itu berisi cincin, kalung, gelang, dan sebuah keris yang nilainya mencapai Rp 300 juta. Atas kejujurannya, sang pemilik perhiasan memberikan sejumlah uang tunai dan bahan pokok kepada Ahmad.
Ketika ditanya, mengapa ia mengembalikan emas bernilai ratusan juta itu, Ahmad mengatakan, "Kita orang sampah, tapi hatinya harus lebih besar."
Remaja yang baru sebulan tinggal di Bali ini mengaku lebih senang mendapatkan kepercayaan dari orang dan saudara baru di tanah rantau daripada harta melimpah yang tidak halal.