Anak mantan Kepala Korlantas Polri Irjen Djoko Susilo , Eva Susilo membeli tanah seluas 8 hektare di Jalan Cagak Subang. Penduduk Subang mengenal tanah itu sebagai 'kebon binatang' karena banyak hewan di dalamnya. Luas tanah itu hampir seluas kecamatan.
Belakangan Komisi Pemberantasan Korupsi menduga tanah itu didapat dari hasil yang tidak halal. Dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi banyak fakta terbuka mengenai tanah tersebut. Di antaranya Eva sengaja membuat KTP Subang untuk menyamarkan identitasnya dan bisa membeli tanah. Dia juga meminta agar pemilik tanah ini disamarkan.
Ada cerita menarik soal jenderal polisi dan anaknya.
Jika Irjen Djoko mampu membelikan tanah delapan hektare untuk anaknya, maka mantan Kepala Korlantas Irjen Polisi Ursinus Medellu cuma mampu membelikan satu sepeda mini untuk lima anaknya. Itu pun hasil menyicil ke Koperasi Bhayangkara.
Irjen Ursinus menjabat sebagai Direktur Lalu Lintas Markas Besar Angkatan Kepolisian tahun 1965-1972. Setelah itu menjadi Kadapol (Kini Kapolda) Sumatera Utara 1972-1975. Dua jabatan yang sebenarnya masuk 'lahan basah' jika Ursinus mau korupsi. Tapi rupanya jenderal jujur ini tak mau membawa uang yang bukan haknya walau satu sen pun.
Elias Christian Medellu (40) bercerita soal kejujuran ayahnya. Saat itu mereka tinggal di Komplek Perwira Tinggi Polri di Jl Gatot Subroto, Jakarta, akhir 1960an. Namanya di komplek pejabat, hampir semua orang di komplek itu hidup mewah. Hanya Ursinus yang pas-pasan.
"Cuma kami yang tidak punya sepeda. Bayangkan, anak jenderal bintang dua tidak punya sepeda. Anak Kompol, anak Kombes saja sudah naik mobil saat itu," kata putra sulung Ursinus ini saat menerima tim redaksi merdeka.com beberapa waktu lalu.
Ursinus hidup hanya mengandalkan gaji. Seringkali gajinya tidak cukup. Maka dia sering meminjam uang pada mertuanya. Baru setelah gajian dibayar.
Nah betapa gembiranya saat suatu hari ayah mereka pulang membawa sebuah mini. Tidak satu anak satu, tetapi sebuah sepeda untuk seluruh keluarga. Dari ibunya Elias tahu ayahnya berhutang ke koperasi.
"Sulit dipercaya. Tapi itulah papa. Kejujurannya bikin orang geleng-geleng kepala," kata Elias.
Elias mengingat kejujuran itu pahit. Dia merasakan tidak bisa kuliah karena tidak punya biaya. Turun naik bus kota dan cari uang karena ayahnya terlalu jujur.
"Tak ada yang tahu saya anak jenderal. Saya juga malu mengaku anak jenderal. Untuk apa?" katanya sambil tertawa.
Jenderal Ursinus tidak kaya raya. Tapi dia memberikan teladan untuk bangsa ini.