Ada pemijat plus lulusan S1, tapi ogah kerja kantoran

A (25), salah seorang terapis di sebuah hotel bintang empat di Kota Semarang, rela menerima permintaan plus-plus dari tamu hotel yang dipijatnya. Hal itu dilakukannya semata-mata untuk mendapatkan Rupiah.



Ada pemijat plus lulusan S1, tapi ogah kerja kantoran




A (25), salah seorang terapis di sebuah hotel bintang empat di Kota Semarang, rela menerima permintaan plus-plus dari tamu hotel yang dipijatnya. Hal itu dilakukannya semata-mata untuk mendapatkan Rupiah.

Padahal, A merupakan lulusan Strata Satu (S1) jurusan akuntansi salah satu universitas swasta di Kota Semarang. Sebelum menjadi terapis, A mengaku pernah bekerja kantoran.

Namun, gaji kecil yang diperolehnya dirasa tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Akhirnya, A mendapat tawaran dari salah seorang temannya yang bekerja sebagai terapis untuk bekerja di hotel yang menjadi tempatnya bekerja saat ini.

"Gaji di kantoran dulu itu cuma Rp 1,5 juta. Gak cukup buat saya dan keluarga," kata A kepada merdeka.com, di hotel tempatnya bekerja, di Semarang, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, gaji sebagai terapis tidaklah besar. Namun, dirinya bisa memperoleh pendapatan sampingan dari tips yang diberikan para tamu yang dipijatnya.

Dia mengaku saat awal-awal bekerja sebagai seorang terapis dirinya tak tahu menahu soal layanan plus-plus. Hal itu baru diketahuinya selang berapa lama menjadi terapis.

"Waktu itu ada tamu yang ajakin, saya gak mau. Gak berani, takut nanti ketahuan manajemen juga. Tapi lama-lama pas sudah akrab sama terapis lain ternyata ya itu lumrah aja. Karena butuh uang juga ya akhirnya pas ada tamu yang ajakin ya sama mau yang penting sesuai harganya," katanya.