Anak petani peraih nilai tertinggi di UIN Walisongo ingin lanjut S2

Kecintaan Siti Afidah (21), asal Brangsong, Kendal, Jawa Tengah yang berhasil menjadi wisudawati terbaik UIN Walisongo Kota Semarang kepada dunia pendidikan dan ekonomi ke-Islaman ternyata sangat begitu besar. Tak heran, predikat cumlaude dan meraih Indek Prestasi Kumulatif (IPK) 3,84 diraihnya di bidang Ekonomi Islam Syariah.


Anak petani peraih nilai tertinggi di UIN Walisongo ingin lanjut S2



Kecintaan Siti Afidah (21), asal Brangsong, Kendal, Jawa Tengah yang berhasil menjadi wisudawati terbaik UIN Walisongo Kota Semarang kepada dunia pendidikan dan ekonomi ke-Islaman ternyata sangat begitu besar. Tak heran, predikat cumlaude dan meraih Indek Prestasi Kumulatif (IPK) 3,84 diraihnya di bidang Ekonomi Islam Syariah.

Terbukti, skripsinya selama di Fakultas Syariah secara cemerlang dengan tesis keekonomian Islamnya berjudul; 'Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pemberian Bonus Pada Produk Simpanan Berkah Plus (Deposito Mudarabbah) di BMT "Taruna Sejahtera" Jatisari, Mijen, Kota Semarang' membuat dirinya ingin menjadi tenaga pengajar sekaligus pengusaha.

Meski dalam kondisi ekonominya yang terbatas, Afidah tetap bertekad untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi yaitu ingin kuliah kembali dan meraih gelar S2.

"Kalau ada kesempatan untuk S2 ya masih pengen sekolah lagi. Jurusannya inginnya linear dengan S1 saya. Lebih ingin menekuni ekonomi hukum Islamnya. Mungkin karena sudah menikmati dengan jurusan itu. Ingin menggali lebih dalam. Terkait dengan lembaga keuangan Islam banyak sekali di Indonesia. Saya ingin menekuni itu," tegasnya saat ditemui merdeka.com Jumat (30/1).

Apalagi, pihak kampus UIN Walisongo Kota Semarang memberikan kesempatan kepada wisudawan terbaiknya untuk mengenyam pendidikan magister dengan fasilitas beasiswa.

"Itu kalau di UIN Walisongo tempat saya kuliah dan diwisuda benar katanya yang terbaik atau cumlaude itu free bebas biaya kuliah S2 nya nanti," katanya.

Saat disinggung jika pemerintah akan memfasilitasi Afidah untuk mengenyam pendidikan bidang perekonomian Islam S2-nya ke luar negeri seperti di Kairo, Arab Saudi atau Mesir, Afidah ada minat. Namun, hingga saat ini dirinya tidak mau terlalu banyak berharap.

"Itu bonus tambahan lagi. Saya tidak mau terlalu muluk-muluk lah," jelasnya.

Bagi Afidah, menjadi tenaga pendidik dan pengajar sangat penting. Menjadi pendidik, baginya bisa membuat kebahagiaan baik secara lahir maupun batin sehingga mendapatkan ketenangan.

"Pendidikan penting banget menurut saya. Transformasi ilmu ke orang lain prosesnya sangat panjang. Bisa memberikan kebahagiaan lahir batin. Lahirnya bisa tercukupi kebutuhan ekonominya. Secara batin hatinya tentram, damai dan bahagia," ucapnya.

"Belum punya pandangan apa nanti usaha apa yang saya tekuni. Saya lebih ke edukasi. Kayak dosen saya selama jadi dosen, mereka ada yang jadi pengacara, ada yang jadi pemilik BMT. Pokoknya seputar masih pendidikan keinginan saya," imbuhnya.