Sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, Sabtu (26/1/2013), mereka yang tewas berusaha memprotes penetapan hukuman mati itu. Mereka mendatangi penjara yang menahan kawan mereka yang dihukum mati itu.
Sebanyak 21 orang yang dihukum mati itu terlibat dalam kerusuhan yang menewaskan 74 orang usai sebuah pertandingan sepak bila di stadion Port Said, Februari 2012. Kerusuhan yang terjadi Sabtu (26/1/2013) itu terjadi sehari setelah peringatan kedua munculnya gerakan massa menentang Hosni Mubarak.
Dewan Keamanan Nasional Mesir yang diketuai Presiden Mohammed Morsi mengutuk kerusuhan itu dan meminta wargau untuk berdialog. Pada Jumat (25/1/2013), massa turun ke jalan untuk memprotes Presiden Morsi dan menuduhnya telah mengkhianati revolusi.
Sebanyak 21 orang yang dijatuhi hukuman mati itu merupakan supporter klub sepak bola Port Said, al-Marsy. Ketika hukuman dijatuhkan di pengadilan Kairo, para keluarga korban bersuka cita.
Namun, lawannya di Port Said marah atas keputusan itu dan turun ke jalan. Mereka mendatangi penjara untuk menuntut pembebasan 21 orang itu. Sebanyak dua orang polisi ditembak mati di luar gerbang penjara dan kantor polisi dibakar massa.
Di antara 28 orang yang tewas dalam kerusuhan Sabtu, dua di antaranya merupakan pemain sepak bola. Mereka adalah mantan penjaga gawang al-Marsy, Tamir al-Fahlah dan Muhammad al-Dadhawi, pesepak bola yang bermain di klub divisi dua di Port Said. Sebanyak 300 orang lainnya mengalami luka-luka.