Bayangkan jika pesawat yang Anda tumpangi berada dalam ketinggian 9000 meter dan tiba-tiba berubah arah karena sistem kontrolnya dijebol para peretas? Hal tersebut disebut ternyata mudah dilakukan, klaim oleh seorang peretas bernama Brad Haines.
Brad yang merupakan seorang karyawan IT sekaligus seorang peretas di Kanada memberitahu CNBC bahwa ia memiliki bukti sistem kontrol lalu lintas udara milik FAA (Federal Aviation Administration) dapat diretas dengan mudah.
Menurut Brad, apa yang membuat seluruh air traffic control system mudah diretas adalah karena sistem tersebut menggunakan data GPS daripada sekadar radar biasa.
Brad menyatakan yang membuat sistem ini bermasalah adalah sistem ini menggunakan sinyal yang tidak terenkripsi dan tidak terotentikasi. Artinya, peretas dapat menggantikan sistem yang terkoneksi dengan pesawat asli, dengan pesawat palsu (rekaan) peretas.
"Secara teoritis Anda bisa mendaratkan semua orang," sebut Haines.
Haines dan sesama peretas lainnya menempatkan data yang akan digunakan dalam sistem tersebut, yang dikenal sebagai NextGen, pada simulator penerbangan untuk menunjukkan apa yang bisa terjadi jika sistem tersebut dijebol peretas.
"Kami mampu menerbangkan pesawat, kami mampu lepas landas dari Bandara San Francisco, memutar, lalu kembali dan memberitahukan menara pengawas. Jika saya menempatkan 50 penerbangan pesawat palsu ke layar radar, mereka (pihak bandara) pasti akan panik," katanya.
Seorang profesor ahli sistem navigasi, Todd Humphreys menyatakan klaim Haines adalah sesuatu yang musti ditindaklanjuti FAA.
"Ini adalah masalah yang jelas untuk FAA. Ini sesuatu yang menggunakan teknologi kuno dari tahun 1980," kata Humphreys.
Brad mengatakan bahwa ia telah membawa bukti ini kepada FAA, tetapi mereka justru mengabaikannya. CNBC akhirnya turun tangan dan seorang juru bicara FAA mengatakan mereka kini tengah memproses kasus ini untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko dalam sistemnya.
Prosesnya kini disebut tengah berlangsung dan diklaim berjalan aman meski menolak mengatakan risiko apa yang telah diidentifikasi oleh mereka.
Sebelumnya juga dikabarkan peretas dapat membajak pesawat dengan mudah hanya menggunakan aplikasi smartphone Android, meskipun kemudian dibantah FAA.