Ini modus pelaku sodomi di TK JIS leluasa beraksi di toilet

Ini modus pelaku sodomi di TK JIS leluasa beraksi di toilet
Polda Metro Jaya membeberkan kronologis hingga terjadinya tindak pelecehan seksual terhadap M (6), siswa pre-school Jakarta International School (JIS), Cilandak, Jakarta Selatan. Hal itu didapati penyidik berdasarkan pengakuan dari kedua tersangka, Agun Iskandar dan Virgiawan alias Awan yang kini mendekam di dalam sel Mapolda Metro Jaya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menjelaskan, Agun menjadi pelaku pertama yang melakukan sodomi terhadap M, setelah itu barulah giliran Awan yang menyodomi.

"Saat korban masuk ke toilet itu sudah ada pelaku Agun," beber Rikwanto kepada wartawan di kantornya, Rabu (23/4).

Ketika itu, Agun yang memergoki korban tengah buang air kecil mengatakan kepada korban bahwa ia tidak bersih melakukan itu. "Dia memergoki korban buang air kecilnya tidak bersih dan langsung menghukumnya," jelasnya.

Agun pun kemudian, lanjut Rikwanto, langsung memanggil Awan yang dimaksudkan untuk membantunya 'mengerjai' korban.

"Saat itu sekitar pukul 11.00 WIB, karena sif mereka pagi, jadi mereka melakukan itu (sodomi) korban secara bergantian," beber Rikwanto.

Rikwanto mengatakan usai memegangi dan membuka pakaian korban, Awan turut melakukan perbuatan keji tersebut yang dibantu Agun.

"Sekitar sepuluh sampai lima belas menit mereka berdua melakukan pelecehan itu," jelasnya.

Usai melampiaskan nafsu bejatnya, kedua pelaku langsung mengancam korban untuk tidak melaporkan dan menceritakan kejadian tersebut. Seandainya menceritakan maka akan dihukum kembali. "Mereka sempat mengancam korban, dan korban keluar sambil menangis," tutur Rikwanto.

Usai dilecehkan, korban yang masih di bawah umur pun langsung menangis sambil berjalan kembali ke dalam kelas.

"Karena letak toilet yang jauh, korban menangis saat perjalanan dari toilet ke kelasnya, namun tangisannya berhenti. Dan saat tiba di ruang kelas korban sudah tidak menangis lagi," jelas Rikwanto.

Anehnya, guru yang saat itu tengah mengajar di dalam kelas korban tak menyadari perubahan sikap korban.

"Itu yang kita bingung, kok gurunya malah tidak peka," tandas Rikwanto.


Sumber: Merdeka.com